Saat memasuki restoran tertentu, pernahkah Anda mengamati sistem layanannya? Mungkin luput dari perhatian, penerapan apa itu self service sebenarnya sudah umum ditemui, khususnya di kota-kota besar, seperti Jakarta.

Tempelan seperti “Silahkan letakkan alat makan di sini” merupakan salah satu jenis penerapan self service di restoran. Contoh self service yang memanfaatkan teknologi tampak di rumah sakit saat kita menulis sendiri data diri hingga memencet nomor antrian pada mesin.

Apa Itu Self Service

Filosofi konsep self service

Secara harfiah, self service berarti konsumen melakukan layanan secara mandiri. Konsep ini mempresentasikan kontribusi teknologi yang mempermudah pekerjaan, mengurangi interaksi dengan banyak manusia, hingga menyederhanakan transaksi.

Walau dikerjakan sendiri oleh konsumen, layanan yang mereka nikmati  tidaklah berbeda ketika memakai jasa staf atau pelayan. Tipe layanan meliputi menjelajahi toko sendiri, misalnya, membayar produk atau jasa, hingga mengajukan keluhan.

Dengan memungkinkan konsumen “melayani diri mereka sendiri”, brand akan memberikan pengalaman yang serasa di rumah sendiri. Mereka tidak canggung dalam melakukan transaksi sehingga justru akan merasa nyaman. Dengan filosofi yang bisa mendekatkan inilah, brand akan terpapar potensi mengikatkan emosi ke konsumen.

Adanya teknologi membuat konsep self service semakin meluas. Contoh teknologi yang biasa dipakai adalah software khusus seperti kecerdasan buatan, audio response unit, dan machine learning. Untuk machine learning, teknologi membaca perilaku konsumen untuk semakin memperbaiki layanan sehingga semakin sesuai dengan kebutuhan mereka.

Keuntungan menerapkan konsep self-service

Setelah mengetahui apa itu self service, berikut keuntungan menerapkannya:

1. Mengurangi waktu mengantre

Mendatangi toko atau restoran yang sedang penuh membuat mengantri menjadi hal yang menyebalkan. Penerapan teknologi yang memungkinkan self service akan sangat membantu mengurai antrean. Calon pembeli akan bisa melakukan transaksi secara mandiri dan lebih cepat. Mereka tidak memerlukan staf yang umumnya akan memakan waktu lebih lama.

Baca juga: Vending Machine Tiket MRT yang Dapat Mengurangi Antrean

2. Menghemat anggaran operasional

Secara otomatis, mengoptimalkan layanan self service akan mengurangi tenaga manusia yang biasanya memberikan layanan. Pengusaha akan menghemat banyak anggaran operasional untuk menggaji staf. Meski tenaga manusia berkurang, layanan tetap bermutu tinggi yang disediakan oleh teknologi. 

3. Mengurangi kesalahan manusia

Sistem lama yang memakai tenaga manusia masih rentan terjadinya kesalahan, baik sengaja atau tidak. Contohnya adalah salah pesan makanan atau minuman. Sedangkan dengan teknologi self service, kesalahan-kesalahan tersebut akan bisa ditekan. Konsumen akan memesan sendiri sesuai keinginan menggunakan program yang diatur secara otomatis. Kemungkinan kecurangan juga bisa dikurangi. 

4. Mengurangi kontak langsung

Konsep self service sangat pas dilakukan ketika pandemi COVID-19 yang membutuhkan kontak minimal untuk menurunkan tingkat persebaran virus tersebut. Pelanggan menjadi lebih berkurang interaksinya dengan staf sebab merekalah yang mayoritas melakukan transaksi secara mandiri. Selain menekan persebaran virus tersebut, cara ini memberikan kenyamanan bagi konsumen. 

5. Mempermudah peningkatan skala bisnis

Sifat self service yang praktis dan otomatis mempermudah pemilik bisnisnya untuk melakukan perluasan usaha. Ini disebabkan sistem yang sudah terbentuk sehingga akan membuka jalan memperbaiki sistem tersebut ke depan, terlebih jika omzet terbukti meningkat.

Baca juga: Jual Mesin Nomor Antrian Terbaik dengan Fitur Terlengkap

Kelemahan self service

Menerapkan konsep self service membutuhkan pemahaman secara mendalam tentang apa itu self service sehingga akan menekan potensi kelemahan seperti di bawah ini:

1. Efek besar berantai jika sistem rusak

Sistem self service bergantung pada sistem Internet yang kuat dan saling berkesimbungan. Apabila rusak atau salah, dampaknya akan berkelanjutan dan lama. Sehingga, membuat sistem yang kokoh dan bebas kesalahan menjadi kunci jika ingin mulai menjajal konsep ini.

2. Butuh sosialisasi besar-besaran

Walau sudah cukup jamak ditemui di kota besar, masih banyak konsumen di kota lain yang belum terbiasa dengan konsep self service. Masih banyak yang memilih layanan dari tenaga manusia. Sehingga, jika perusahaan Anda ingin menggunakan sistem ini, lakukan sosialisasi secara kreatif dan besar-besaran terlebih dahulu. Buatlah tutorial untuk lebih mempermudah pelanggan dalam bertransaksi secara mandiri nantinya.

3. Menurunkan level sosial manusia

Dengan lebih mengandalkan mesin, interaksi dengan manusia akan berkurang saat bertransaksi di suatu lokasi usaha. Level sosial manusia sebagai makhluk sosial secara otomatis akan berkurang, yang akan berdampak pada psikis beberapa orang. Peralihan dari interaksi dengan manusia ke interaksi dengan teknologi dapat membuat kurang nyaman bagi sebagian orang.

Baca juga: 5 Cara Ampuh Memulai Bisnis Vending Machine

Penerapan self service dalam keseharian kita

1. ATM

Sudah pasti banyak dari kita yang sudah sering memakai layanan di ATM. Tinggal pencet tombol tertentu memakai PIN, kita sudah bisa menarik uang, mentransfer, hingga membayar tagihan. Ini merupakan sistem self service bidang perbankan yang banyak menggantikan peran teller di bank konvensional. Bahkan, sudah ada mesin ATM yang membuat nasabah bisa berinteraksi dengan teller bank via virtual.

Baca juga: Cara IoT Mengamankan ATM Dari Ancaman Kejahatan

2. Isi bensin sendiri di bom bensin

Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) sudah mulai menerapkan sistem self service. Pembeli bisa memasukkan jumlah liter bensin yang ingin dibeli. Setelahnya, mereka tinggal meletakkan ujung selang ke lubang tangki. Setelah terisi sesuai yang diinginkan, literan pada pom bensin berhenti. Konsumen lalu melepas ujung selang lalu membayar secara non tunai.

3. Cuci sendiri di binatu

Sistem cuci sendiri sudah mulai diterapkan pada beberapa binatu atau laundry. Pelanggan cukup memasukkan cucian, mengisi sabun deterjen, lalu membayar secara mandiri. Teknik ini menghemat waktu layanan sebab dilakukan pada satu tempat.

4. Vending machine

Vending machine atau mesin penjual otomatis merupakan contoh penerapan self service yang semakin umum ditemui. Jenis produk yang ditawarkan juga kian beragam, mulai dari tiket, makanan ringan, minuman, hingga emas. Pembeli tinggal memilih produk, membayar, dan mengambil barang sendiri. Ini dilakukan tanpa berinteraksi dengan staf penjual sehingga praktis dan mudah dilakukan kapan saja. 

Baca juga: Peluang Bisnis Vending Machine di Indonesia dan Cara Memulainya

Dan jika perusahaan Anda saat ini membutuhkan penyedia vending machine, silahkan hubungi kami, MONSTER MAC. Kami sudah lama berpengalaman menyediakan vending machine untuk berbagai jenis usaha klien. Hubungi kami untuk informasi selengkapnya.


Tertarik untuk memulai bisnis vending mesin dan IoT? Monster Mac siap membantu kebutuhanmu !